Jejak Sejarah Larangan Penulisan Hadist

Nabi Muhammad melarang menulis hadits-nya




Masalah ini telah didokumentasikan dalam Kitab Muslim, Ahmed dan sumber-sumber Kitab Hadis lain bahwa Nabi Muhammad telah melarang penulisan hadits-nya. Bukti historis mendukung fakta ini, karena kata-kata dan tindakan (Hadis & Sunnah) dinisbahkan pada Nabi belum muncul hingga abad kedua setelah kematiannya

Al-Quran telah meramalkan kemungkinan terjadinya pemalsuan/ penciptaan Hadits dan Sunah oleh musuh-musuh Nabi:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan..” 6:112

Mengambil Ibroh dari ayat di atas, maka Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa hal itu adalah kehendak Allah sehingga memungkinkan adanya penciptaan Hadits dan Sunnah yang akan berguna sebagai kriteria untuk mengungkapkan orang-orang yang hanya percaya di ucapan mereka, bukan isi hati mereka. Mereka yang tertarik pada Hadits dan Sunnah membuktikan ketidakbenaran iman mereka:

“Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan..” 6:113

Segera setelah kata-kata Al-Quran ini Allah memerintahkan kita untuk mengikuti Al-Quran SAJA, yang Allah gambarkan sebagai “sepenuhnya rinci” sebagai SATU-SATUNYA sumber hukum:

“Maka patutkah aku mencari hakim selain dari Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan terperinci? …..” 6:114
----------------------------------------------------------------------

Kitab Hadis melaporkan bahwa Nabi memerintahkan untuk TIDAK menulis apa pun darinya kecuali Al-Quran!

(1) Ditunjukkan di bawah ini hadits yang diambil dari sumber hadits yang paling dapat diandalkan, yaitu Sahih Muslim dan Is-haah Ahmad Ibn Hanbal. Hadis ini menyatakan bahwa Nabi mempertahankan larangannya hingga beliau meninggal:

Ibn Saeed Al-Khudry melaporkan bahwa Rasul Allah telah berkata,

“Jangan menulis apapun dariku KECUALI QURAN. Siapa saja yang menulis sesuatu selain Al-Quran harus menghapusnya.” [Ahmad, Vol. 1, halaman 171, dan Sahih Muslim, Zuhd, Buku ke-42, No. 7147]

(2) Buku terkenal, “Ulum Al-Hadits” karangan Ibn al-Salah, melaporkan sebuah hadis dari Abu Hurairah di mana Abu Hurairah mengatakan bahwa Utusan Allah datang kepada kami ketika kami menulis hadis-hadisnya dan berkata; “Apa yang kamu tulis? ” Kami berkata, “Hadis yang kami dengar dari Anda, wahai Utusan Allah.” Dia berkata, “Sebuah kitab selain Kitab Allah?!” Kami berkata, “Haruskah kami menceritakan tentang Anda?” Dia berkata, Ceritakanlah tentang aku, hal itu mungkin akan merupakan kebaikan, tetapi orang-orang yang berbohong akan pergi ke neraka. Abu Hurairah berkata, kami kumpulkan apa yang kami tulis tentang Hadis dan membakarnya kedalam api.

(3) Dalam buku yang terkenal, “Taq-yeed Al-Ilm oleh Al-Khateeb Al-Baghdady“, Abu Hurairah berkata, utusan Allah diberitahu bahwa ada orang yang menulis hadits. Dia menuju mimbar masjid dan berkata, “Apa ini buku yang saya dengar kamu tulis? Saya hanya seorang manusia. Siapapun yang memiliki tulisan-tulisan ini pun harus dibawa kemari. Abu Hurairah berkata bahwa kami mengumpulkan semua ini dan dibakar dalam api.

(4) Ibn Hanbal dalam kitab Musnad, meriwayatkan sebuah hadis di mana Abdullah bin Umar berkata, “Utusan Allah suatu hari datang kepada kami seolah-olah ia akan segera meninggalkan kami dan berkata,” Ketika saya pergi meninggalkan kamu (mati), berpeganglah pada Kitab Allah, haramkan apa yang diharamkan dan halalkan apa yang halal”

Beliau tidak pernah menyebutkan tentang Sunnah dalam hadis-hadis di atas..

(5) Sekali lagi, dalam buku “Taq-yeed Al-Ilm”, Abu Saeed Al-Khudry berkata, “Aku meminta ijin kepada Utusan Allah untuk menulis hadits-hadits, tetapi ia menolak untuk memberikan izin.”

(6) Haji perpisahan Nabi Muhammad adalah tonggak dalam sejarah Islam. Khotbah terakhir yang diberikan oleh Nabi selama haji ini disaksikan oleh ribuan umat Islam. Namun ada TIGA versi khotbah dalam kitab-kitab Hadits. Ini dengan sendirinya mencerminkan tingkat kecurangan dari kitab-kitab Hadits ini padahal adalah banyak yang menyaksikan pidato dari Nabi Muhammad:

1. Versi pertama, “saya meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) Kitab Allah dan Keluargaku. (Muslim 44 / 4, No. 2408; Ibn Hanbal 4 / 366; Darimi 23 / 1, no. 3319.

Hadits di atas adalah versi yang sering diungkapkan oleh Muslim Syiah.

2. Versi kedua, “Aku meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku”. (Muwaththa, 46 / 3 )

Redaksi di atas adalah versi yang sering diungkapkan oleh Muslim Sunni.

3. Versi ketiga, ” Aku meninggalkan kepada kamu semua, apa yang jika kamu pegang teguh, kamu tidak akan sesat, (yaitu) KITAB ALLAH.” (Muslim 15/19, No. 1218; Ibnu Majah 25/84, No. 3074; Abu Dawud 11/56 No.1905).

HANYA kitab Allah. Versi yang ini jarang dikutip oleh Muslim Sunni dan Syiah. HANYA versi inilah yang sesuai dengan pernyataan berulang-ulang dalam Al-Qur’an bahwa ajaran Muhammad HANYA AL-QURAN. Banyak Muslim Sunni dan Muslim Syiah yang tidak tahu bahwa versi ini ada di khotbah tersebut. Pada kenyataannya, mereka tidak ingin tahu, kebenaran memang menyakitkan, tetapi ketahuilah bahwa api neraka jauh lebih menyakitkan.



Argumen dari ahlul hadits

Para ulama ahlul hadits menyatakan bahwa Nabi telah mengubah larangan tersebut dan di kemudian hari membolehkannya. Namun demikian, laporan sejarah yang terjadi sekitar 30 tahun setelah Nabi Muhammad meninggal menunjukkan bahwa Nabi tidak pernah membatalkan perintah untuk tidak menulis dari mulut beliau SELAIN Quran.

Dari Ibnu Hanbal;

Zaid bin Tsabit (penulis wahyu yang paling dekat dengan Nabi) mengunjungi Khalifa Mu’aawiyah (lebih dari 30 tahun setelah wafatnya Nabi), dan menceritakan sebuah kisah tentang Nabi. Mu’aawiyah menyukai cerita tersebut dan memerintahkan seseorang untuk menuliskannya. Tapi kata Zaid. “Rosul Allah memerintahkan kita untuk tidak pernah menulis apapun dari hadis-nya,”

Para pembaca hadits semestinya tahu, bahwa kejadian berikut terjadi sekitar 30 tahun setelah Nabi wafat, yang dengan sendirinya akan menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad sebenarnya tidak pernah memberikan otorisasi penulisan hadits sejak beliau mengatakan kepada para pengikutnya untuk tidak menulis selain Al-Quran, dan Zaid masih mentaati larangan tersebut.

Dengan demikian hadits-hadits yang mencoba untuk menunjukkan bahwa Muhammad telah mengubah larangannya tentang menulis hadits dalam kitab-kitab hadits merupakan hadits-hadits palsu, karena tidak mungkin menerima hadits (laporan sejarah) yang isinya saling bertentangan.

Sejarah pendokumentasian hadits

Penulisan dan dokumentasi Sunah merupakan sesuatu yang menarik dan merupakan bagian penting dari sejarah Islam kita. Dalam semua rinciannya, pembaca sejarah dapat menemukan semua indikasi bahwa Allah mengizinkan terjadinya pemalsuan dari apa yang disebut Hadits dan Sunnah Nabi Muhammad sebagaimana Dia mengatakan kepada kita pada ayat 6:112-113.


Allah berulang kali mengatakan dalam al-Quran bahwa Kitab-Nya, adalah lengkap, sempurna dan sepenuhnya terperinci, lihat 6:19, 38, 114, 115; 50:45, 12:111, dan jika Dia menghendaki tentu Dia dapat memberi kita ratusan Kitab, bukan hanya satu Al-QURAN, lihat ayat 18: 109 dan 31:27. Allah tahu bahwa Al-Quran sudah cukup, dan bahwa mereka yang tidak merasa cukup dengan AL-Quran akan melakukan “mem-berhalakan“ orang-orang seperti Bukhari, Muslim, Ahmed dan lain-lain sebagai pesaing Allah dalam menetapkan hukum-hukum untuk adDiin yang besar dan sempurna ini, lihat ayat 9:36,12:40, 30:43.


Hadis dan Khalifah Rashidiin

Ditemukan laporan bahwa Khalifah Rashidiin yang pernah memerintah Muslimin setelah wafatnya Nabi Muhammad, tetap menghormati perintah Nabi dan melarang menulis dan mengkoleksi hadits-hadits. Mereka percaya kepada Allah dalam Kitab-Nya dan menerima perintah Nabi.

Abu Bakr pada suatu ketika tidak begitu yakin apakah tetap menjaga apa yang ia ketahui dari hadits-hadits atau tidak. Dia telah mengumpulkan 500 Hadits selama persahabatan yang sangat panjang dengan Nabi Muhammad, tetapi dia tidak bisa tidur sampai akhirnya beliau membakar hadits-hadits tersebut. (Tazkarah-tul-Haffaaz oleh Imam Zahabi)

Umar Ibn Al-Khattab bersikeras untuk memusnahkan Hadits yang dikumpulkan oleh putranya Abdullah. Sejarah Islam menyebutkan kisah Umar Ibn Al-Khattab yang menahan empat dari sahabat Nabi karena desakan mereka untuk menceritakan Hadits, mereka ini adalah Ibnu Mas’oud, Abu al-Dardaa, Abu Mas’oud Al-Anssary dan Abu Dzarr Al-Ghaffary. (Tazkarah Haffaz vol 1, hal. 7). Umar menyebut Abu Hurairah sebagai pembohong dan mengancam untuk mengirimnya kembali ke Yaman jika dia tidak berhenti mengatakan semua kebohongan tentang Nabi Muhammad. Dia lalu berhenti hingga Umar meninggal, kemudian mulai lagi menceritakan hadits.

Umar Ibn Al-Khattab pernah memerintahkan para Sahabat untuk pulang dan datang kembali dengan membawa koleksi hadits mereka. Kemudian seluruh tumpukan tersebut dibakar. (Tabaqat Ibnu Sa’ad vol 5 hal. 140)

Umar Ibn Al-Khattab dilaporkan pernah mengatakan, “Ada masyarakat sebelum kamu yang menulis buku berisi ucapan Nabi. Tetapi kemudian, mereka meninggalkan Wahyu Ilahi dan mentaati buku-buku buatan manusia. Demi Allah! Aku tidak akan membiarkan ini terjadi pada Kitabullah (Al-Quran).” (Jameel ‘Bayan’ Ilm oleh Hafiz Ibn Abdul Birr)

Abu Hurairah biasa mengatakan, “Saya telah menyampaikan banyak hadits tersebut kepada kamu semua dimana ketika Hazrat Umar masih hidup dia akan memukul saya dengan cambuk. “(Tazkirah-til-Haffaz hal. 8)


Ali bin Abu Thalib, Khalifa keempat, dalam salah satu pidatonya berkata, “Saya mendesak semua orang yang telah menulis sesuatu yang diambil dari Utusan Allah untuk pulang dan menghapusnya. Orang-orang sebelum kamu dihancurkkan karena mereka mengikuti Hadits dari ulama mereka dan meninggalkan Kitabullah mereka. ” (Mukhtasar Jaame’ Bayan-il-‘Ilm hal. 33)


Khalifa Umar bin Abdul Aziz, yang mengawali

Abu Hurairah meriwayatkan hadits lebih dari pada orang lain termasuk Abu Bakr, Umar, Ali, dan Aysha yang tinggal bersama Nabi sepanjang hidup mereka. Dalam waktu kurang dari dua tahun bersama Nabi, Abu Hurairah mampu meriwayatkan Hadits lebih dari pada semua sahabat Nabi bila dikumpulkan. Dia meriwayatkan hadits sebanyak 5.374. Ibn Hanbal mencatat 3.848 Hadits darinya di dalam bukunya.

Khalifah Terpimpin, Al-Khulafaa Al-Rashedun, yang memerintah Ummah Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad tetap menghormati keinginan Nabi untuk tidak menulis apa pun KECUALI Al-Quran dan mencela setiap upaya penulisan Hadits dan Sunnah. Komitmen mereka diikuti selama dua abad pertama setelah wafatnya Nabi.

Seiring dengan berjalannya waktu, kebohongan-kebohongan tentang Nabi Muhammad tersebar luas dan orang-orang meninggalkan/ mengabaikan Al-Quran dan mencari Hadits, yaitu ketika Khalifa Umar bin Abdul-Aziz mengeluarkan perintah untuk mengizinkan penulisan Hadits dan Sunnah dengan berpikir bahwa hal tersebut akan dapat mengakhiri kebohongan tentang Nabi Muhammad.

Namun demikian, pelan-pelan namun pasti, sejak saat itulah Islam bergeser dari Diin Allah, Al-Quran, kepada Diin Hadits dan Sunnah yang awalnya dilarang oleh Allah dan Nabi-Nya. Segala puji bagi Allah, Dia tetap menjaga dan melindungi agama-Nya SEMPURNA, Islam dalam kitab-Nya bahwa Dia sebut debagai Hadits TERBAIK (Ahsanal Hadits).

Apa yang dikhawatirkan oleh Umar bin Khotob dan Ali bin Abi Tholib telah terjadi hingga hari ini.



MENGAPA MEREKA MELAKUKAN INI?

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (AQ, 6: 112)

31: 6 Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan HADITS yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.

Waktu sudah dekat ketika orang-orang akan menempatkan kepercayaan mereka lebih kepada hadis dibanding kepada Al Qur’an. (Abu Khalid Al-Ahmar, Mukhtasar Jaame ‘Bayan-il-‘Ilm hal. 180)

Saya terjebak dalam jurang kemerosotan Hadits selama 60 tahun. Sekarang aku berharap aku bisa keluar dari itu dengan tidak ada keuntungan dan tidak ada kerugian. (Safiyan Sauri, Mukhtasar Jaame ‘Bayan-il-‘Ilm hal. 181)

Saya belum melihat makhluk yang lebih tercela daripada ahlul-Hadis. (Hazrat Umar, Jaame ‘Bayanil’ Ilm hal. 181)

Ahadits menghentikan kamu dari mengingat Allah yang benar. Maka spakah kamu tidak berhenti (Imam Sha’bah, Jaame’ hal. 182)

Demi Allah, saya bukan sebagai penjahat yang menakutkan sebagaimana ahlul- Hadits. (Mughirah Al ‘Anabi, Jaame’ hal. 183)

Para sufi dan orang-orang berdoa secara tertutup adalah pembohong terbesar tentang Hadits. (Allama Shabbir Ahmad Utsmani, Fathul Mulhim, Mujtabai, vol 1 hal. 132)

“Tiga jenis buku yang benar-benar tidak berdasar, Maghazi, Malahem dan Tafsir” (pertempuran agung Nabi, mimpi-mimpi nubuat, dan tafsir Al-Qur’an). Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)

Tapi teman Hanbal, Abu Zar’ah mengingat 140.000 hadits tentang Tafsir saja.
(Taujeeh-il-Ayyam hal. 11)

Dikisahkan oleh Hazrat Anas bin Malik: Di masa kecilnya Nabi sedang bermain dengan anak-anak. Malaikat Jibril datang, menangkapnya dan melemparkannya ke tanah. Gabriel kemudian memotong terbuka dada Nabi daan  mengambil jantungnya. Kemudian ia memotong jantung tsb. dan berkata, “Ini potongan dari Setan. “Dia mencuci potongan tersebut di piring emas dengan air Zam Zam dan menyatukan kembali ke bagian yang lain dan menempatkan kembali jantung tsb. ke dalam dada. Bekas luka di dada tsb. tetap ada sampai Nabi (S) menghembuskan nafas terakhir. (Shahih Muslim ma ‘Fathil Mulhim, hal. 323)

Bagaimana bisa Hazrat Anas menjelaskan suatu peristiwa yang diduga terjadi 36 tahun sebelum ia lahir, dan tidak ada orang lain yang melaporhan hal itu? Apakah jantung  benar-benar tempat kecerdasan manusia, atau otak? Operasi yang salah! Dan jika Nabi dibersihkan dari dosa melalui operasi bedah, ia tidak akan bisa menjadi panutan bagi kita.

Selain itu, apa yang  Zam Zam dan piring emas lakukan di sana? Apakah ada yang pernah melihat bekas luka itu? Sejarah tetap diam! Apakah seluruh cerita yang seadikit masuk akal? Anda bisa menjadikannya hakim.


Ketika para Sahabat terkemuka telah membakar koleksi Hadits mereka, dan menyuruh sahabat lainnya memusnahkannya, bagaimana Muhadditheen bisa menemukan jutaan ahadits? Bukhari menemukan 600.000 lebih. Rantai narasinya berisi 5-6 orang perawi. Bagaimana ia bisa menyelidiki 3,5 juta perawi yang 99,999% dari mereka telah mati dan dikubur? Dan Yahya bin Moin memiliki 1,4 juta Ahadith! Dengan fakta ini, siapa pun dapat mengukur seberapa besar kekacauan, pemalsuan dan penipuan yang telah terjadi.

===================================================


Referensi: 1.  http://www.quran-islam.org/articles/part_1/history_hadith_1_%28P1148%29.html

2. http://www.quran-islam.org/articles/part_1/history_hadith_2_%28P1308%29.html

3. http://drshabbir.com/library/dualislam.pdf

====================================================






INFO TAMBAHAN

1. Larangan menulis hadits oleh Nabi:

حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوا عَنِّي وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ قَالَ هَمَّامٌ أَحْسِبُهُ قَالَ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid Al Azdi] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Zaid bin Aslam] dari [Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Janganlah kalian menulis dariku, barangsiapa menulis dariku selain al-Qur’an hendaklah dihapus, dan ceritakanlah dariku dan tidak ada dosa. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku -Hammam berkata: Aku kira ia (Zaid) berkata: dengan sengaja, maka henkdaklah menyiapkan tempatnya dari neraka.” [Muslim no 5326]

حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ قَالَ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Syu’aib bin Harb] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hammam] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatu pun dariku, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku hendaknya ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10665]

حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Yazid] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku kecuali Al Qu`ran, barangsiapa menulis dariku sesuatu selain Al Qur`an maka hendaknya ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10731]

حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ubaidah] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku kecuali Al Qur`an, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku hendaklah ia menghapusnya.” [Musnad Ahmad no 10916]

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [‘Affan] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammam] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatupun dariku selain Al Qur`an, maka barangsiapa menulis sesuatu dariku selain Al Qur`an hendaknya ia hapus.” [Musnad Ahmad no 11110]

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَخْبَرَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ وَمَنْ كَتَبَ شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah menceritakan kepada kami [Isma’il] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Hammam bin Yahya] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atho` bin Yasar] dari [Abu Sa’id] ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menulis dariku sesuatu selain al qu`ran, maka barangsiapa menulis sesuatu selain al qu`ran hendaklah ia menghapusnya.” [Ahmad no 10663]

أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا إِلَّا الْقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Telah mengabarkan kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Hammam] dari [Zaid bin `Aslam] dari [‘Atha` bin Yasar] dari [Abu Sa’id Al Khudri]: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Janganlah kalian menulis sesuatu apapun dariku kecuali Al Qur`an, barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain Al Qur`an, hendaklah ia menghapusnya”. [Sunan Darimi no 451]

2. Ada indikasi Shohabat tetap mentaati larangan tersebut:

أَخْبَرَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا الْعَوَّامُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ قَالَ بَلَغَ ابْنَ مَسْعُودٍ أَنَّ عِنْدَ نَاسٍ كِتَابًا يُعْجَبُونَ بِهِ فَلَمْ يَزَلْ بِهِمْ حَتَّى أَتَوْهُ بِهِ فَمَحَاهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا هَلَكَ أَهْلُ الْكِتَابِ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ أَقْبَلُوا عَلَى كُتُبِ عُلَمَائِهِمْ وَتَرَكُوا كِتَابَ رَبِّهِمْ

Telah mengabarkan kepada kami [Yazid] telah mengabarkan kepada kami [Al ‘Awwam] dari [Ibrahim At Taimi] ia berkata: ” [Telah sampai kabar] kepada [Ibnu Mas’ud] sebagian orang mengagumi sebuah kitab, kondisinya tetap demikian hingga Ibnu Mas’ud mendapati kitab tersebut dan menghapusnya, kemudian ia berkata: ‘Rusaknya Ahlul Kitab (orang-orang Yahudi dan Nashrani) sebelum kalian adalah karena mereka mengagumi kitab-kitab ulama mereka dan mereka tinggalkan kitab Tuhan mereka’ “. [Sunan Darimi no 469]

3.  Hingga zaman Mu’awiyah ada indikasi shohabat masih mentaati larangan tersebut

حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَحَدَّثَهُ حَدِيثًا فَأَمَرَ إِنْسَانًا أَنْ يَكْتُبَ فَقَالَ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Abdul Muthalib bin Abdullah] berkata, ” [Zaid bin Tsabit] menemui Mu’awiyah dan membacakan sebuah hadits, sementara Mu’awiyah menyuruh manusia untuk menuliskannya. Zaid berkata, ‘Sungguh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam melarang kami untuk menulis haditsnya’, lalu ia pun menghapus tulisan tersebut.” [Musnad Ahmad no 20597]

حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَحَدَّثَهُ حَدِيثًا فَأَمَرَ إِنْسَانًا أَنْ يَكْتُبَ فَقَالَ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Abdul Muthalib bin Abdullah] berkata, ” [Zaid bin Tsabit] menemui Mu’awiyah dan membacakan sebuah hadits, sementara Mu’awiyah menyuruh manusia untuk menuliskannya. Zaid berkata, ‘Sungguh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam melarang kami untuk menulis haditsnya’, lalu ia pun menghapus tulisan tersebut.” [Ahmad no 20597]

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ أَخْبَرَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَنْطَبٍ قَالَ

دَخَلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَسَأَلَهُ عَنْ حَدِيثٍ فَأَمَرَ إِنْسَانًا يَكْتُبُهُ فَقَالَ لَهُ زَيْدٌ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَنَا أَنْ لَا نَكْتُبَ شَيْئًا مِنْ حَدِيثِهِ فَمَحَاهُ

Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ali] telah mengabarkan kepada kami [Abu Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Katsir bin Zaid] dari [Al Muththalib bin Abdullah bin Hanthab] ia berkata, ” [Zaid bin Tsabit] datang menemui Mu’awiyah dan bertanya kepadanya tentang suatu hadits, dan ia memerintahkan seseorang agar menulisnya. Zaid lalu berkata kepadanya, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar tidak menulis apapun dari hadits beliau.” Maka Mu’awiyah pun menghapusnya kembali.” [Abu daud no 3162]


================================================

KESIMPULAN:

1. Kalau laporan di atas benar, maka penulisan hadits didalam kitab-kitab hadits oleh para pengumpul hadits termasuk salah satu BID’AH yang paling besar sepanjang sejarah Islam.

2. Namun dari kitab-kitab bid’ah itu justru kita tahu bahwa menulis hadits sudah dilarang sejak zaman Nabi yang diikuti oleh para shohabat utama dan generasi awal muslimin.
Sila baca juga link terkait berikut:

https://muslimsaja.wordpress.com/2016/04/16/sikap-umar-terhadap-hadith/

===================================================



Tambahan opini:

Utk bisa sempurna pemahaman ini mereka jga sebaiknya mengetahui bhw nabi adalah jg seorang raja & tdk buta huruf ini jg sangat penting.

Karena hubungan nya...otomatis raja punya catatan/arsip sendiri yg tentu saja akan diwariskan/dipegang oleh keturunannya...dlm hal ni fatimah

Dari sini dpt benang merahnya knp alquran "versi fatimah" jumlah ayatnya jauh lbih banyak krn semua hal yg berhubunagn dgn ibadah tertulis dlm hukum yg pasti, jelas & sempurna...

Makanya Allah garansi dlm ayat Al maidah ayat 3 :

" … Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]

Telah sempurna artiny tdk perlu tambahan aturan lain diluar yg diperintahkan nabi saw yaitu alquran & sunnah...
======================================================
SEKIAN




Comments